Ketika mendengar nama hewan yang satu ini pastinya kita langsung mengingat akan kemampuannya yang bisa berubah warna.
Bunglon itu sendiri adalah hewan yang termasuk ke dalam kelompok jenis reptile.
Hewan yang satu ini memiliki banyak keunikan, salah satunya yaitu
terdapat pada kulit tubuhnya, yang mana kulitnya tersebut memiliki kemampuan berubah warna.
Perubahan warna pada kulitnya tersebut disesuaikan dengan tempat dimana ia berada
Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana cara bunglon berubah warna dan mengapa bunglon tersebut berubah warna? Bunglon memiliki keunikan dalam tubuhnya sehingga ia bisa berubah warna, ia juga memiliki banyak alasan untuk merubah warna kulitnya antara lain untuk melindungi diri dari ancaman pemangsa
Kemampuan bunglon mengubah warna kulitnya seringkali membuat kita bingung. Pertanyaanya: bagaimana cara mereka melakukannya?
Sekelompok ilmuwan dari University of Geneva, Swiss, berhasil menjawab rasa penasaran kita. Ternyata,
bunglon mengubah warna kulitnya dengan cara menyesuaikan lapisan sel-sel khusus yang terdapat di kulit mereka.
Tidak seperti gurita dan cumi-cumi yang juga dapat mengubah warna kulit merekar,
bunglon tidak mengubah warna dengan mengumpulkan pigmen warna dalam sel kulit. "Sebaliknya, hewan reptil ini mengandalkan perubahan struktural yang dipengaruhi pantulan cahaya ke kulitnya,"
kata Michel Milinkovitch, pemimpin studi yang juga seorang profesor evolusi genetika, seperti dikutip dari Livescience.
Untuk menyelidiki proses perubahan warna hewan reptil ini para peneliti mempelajari lima bunglon jantan dewasa, empat bunglon betina, dan empat bunglon panther (Furcifer pardalis) remaja--sejenis bunglon yang hidup di Madagaskar.
Para ilmuwan mendapati bunglon memiliki dua lapisan tebal di sel iridofor, sel penghasil pigmen dan bertugas untuk memantulkan cahaya.
Sel iridofor ini mengandung nanokristal berbagai ukuran, bentuk, dan struktur.
Sel ini merupakan kunci perubahan warna dramatis bunglon.
Dengan sel ini, bunglon mengubah susunan struktural lapisan sel kulit atas dengan santai dan menarik kulit ke dalam tubuh,
yang kemudian mengganti warnanya.
Para peneliti menggunakan beberapa metode untuk mempelajari perubahan warna di dalam sel iridofor.
Pertama, Milinkovitch dan rekan-rekan penelitiannya merekan perubahan warna bunglon menggunakan kamera video beresolusi tinggi. Kemudian, peneliti membuat model numerik untuk memprediksi bagaimana nanokristal memantulkan cahaya.
Tim ilmuwan juga memanipulasi sel tersebut untuk mengetahui penyebab sel membengkak atau menyusut. Manipulasi sel ini menggunakan metode pengubahan jarak antara nanokristal dan sel iridofor.
Saat kulit dalam kedaan santai, Milinkovitch bercerita,
nanokristal dalam sel iridofor sangat dekat satu sama lain. Bagian sel dari nanokristal tersebut mengeluarkan gelombang warna pendek, seperti biru.
Dalam kondisi sedang bersemangat, jarak antara nanokristal dan sel iridofor menjauh.
Sel pun mengeluarkan gelombang warna panjang, seperti kuning, jingga, atau merah.
Meski begitu, tubuh bunglon juga menyimpan pigmen warna lain, seperti kuning dan hijau. "Dalam keadaan tertentu, warna tubuh bunglon tidak berubah, hanya cahaya yang meningkat," ujar Milinkovitch.
Menurut beberapa ahli, bunglon rata-rata hanya dapat berubah warna hingga 11 warna. Ke-11 warna tersebut adalah: pink, biru, merah, oranye, hijau, hitam, coklat, biru muda, kuning, biru kehijauan dan ungu.
Kemampuan untuk berubah warna hingga 11 warna ini sangat bergantung pada jenis spesiesnya, karena ada jenis bunglon tertentu tidak dapat beradaptasi terhadap warna merah (mereka akan stress dan menyebabkan kematian).
Juga ada beberapa jenis bunglon lainnya yang tidak dapat berubah sama sekali warna kulitnya.